Coretan Harian - Titik-titik Nasibku
06 July 2012
Ada yang bertanya padaku.. "Mengapa hanya coretan kelam yang kau tuliskan?. Mengapa berita duka yang kau kabarkan?" jawaban atas pertanyaan itu hanya satu, bahwa Aku tak pernah menciptakan sesuatu, Aku juga tak pernah menjadikan sesuatu, semua yang ku coretkan hanyalah sebuah kisah perjalananku.. kisah kelam ku.
Pikiranku mungkin tentang masa depanku, yang sudah tak berdaya lagi aku memikirkannya. Bagaimana aku membikin sebuah lompatan besar sehingga ada perubahan mendasar bagi hidupku, tidak tahu jalan manakah yang harus kutempuh. Hidup dari hari ke hari seperti begini saja. Tak adakah motivasi dari dalam—bila mengharapkan dari luar tak ada—pikiranku kelu menghadapi semua titik-titik nasibku ini.
Apakah ini meratapi nasib, terserah orang bicara apa tentang hidupku. Hanya aku ingin hidupku lebih baik dari hari ke hari. Kemarin lebih baik dari hari ini adalah orang celaka. Kemarin biasa-biasa saja seperti hari ini adalah orang merugi.
Jangankan yang pertama, yang kedua saja Tuhan akan selalu meminta pertanggungjawaban dariku bagaimana umurku ini. Kata anak muda jaman sekarang mungkin aku ini galau setengah hidup. Galau dan alay setali tiga uang dengan jalanku.
Bagaimanapun keadaannya aku masih diberi kesehatan sehingga masih tetap dapat pergi-pulang bekerja. Bagaimana pekerjaanku kalau tubuh biologisku sakit. Dalam sakit jiwa aku masih menyelesaikan tugas di pekerjaanku. Tapi bila sakit jasmani dan ruhani apalagi yang dapat diandalkan untuk menata hidup masa depanku.
Jangan bicara masa depan, masa sekarang yang hidup seperti ini perlu ada yang dikoreksi. Kata orang harus menikmati hidup hari ini. Maka untuk menikmati hidupku ini, di sela-sela perjalanan kantor praban music dan tempat kost ku, Aku selalu menyempatkan diri mampir di sebuah warung kopi sudut jalan, bercengkrama dengan tukang becak yang sangat mengerti akan problema bangsa daripada presiden kita.
**
Pikiranku mungkin tentang masa depanku, yang sudah tak berdaya lagi aku memikirkannya. Bagaimana aku membikin sebuah lompatan besar sehingga ada perubahan mendasar bagi hidupku, tidak tahu jalan manakah yang harus kutempuh. Hidup dari hari ke hari seperti begini saja. Tak adakah motivasi dari dalam—bila mengharapkan dari luar tak ada—pikiranku kelu menghadapi semua titik-titik nasibku ini.
Apakah ini meratapi nasib, terserah orang bicara apa tentang hidupku. Hanya aku ingin hidupku lebih baik dari hari ke hari. Kemarin lebih baik dari hari ini adalah orang celaka. Kemarin biasa-biasa saja seperti hari ini adalah orang merugi.
Jangankan yang pertama, yang kedua saja Tuhan akan selalu meminta pertanggungjawaban dariku bagaimana umurku ini. Kata anak muda jaman sekarang mungkin aku ini galau setengah hidup. Galau dan alay setali tiga uang dengan jalanku.
Bagaimanapun keadaannya aku masih diberi kesehatan sehingga masih tetap dapat pergi-pulang bekerja. Bagaimana pekerjaanku kalau tubuh biologisku sakit. Dalam sakit jiwa aku masih menyelesaikan tugas di pekerjaanku. Tapi bila sakit jasmani dan ruhani apalagi yang dapat diandalkan untuk menata hidup masa depanku.
Jangan bicara masa depan, masa sekarang yang hidup seperti ini perlu ada yang dikoreksi. Kata orang harus menikmati hidup hari ini. Maka untuk menikmati hidupku ini, di sela-sela perjalanan kantor praban music dan tempat kost ku, Aku selalu menyempatkan diri mampir di sebuah warung kopi sudut jalan, bercengkrama dengan tukang becak yang sangat mengerti akan problema bangsa daripada presiden kita.
**