Coretan Harian - Kekalahan Dan Keletihanku



Dengan terpaksa atau rela, harus kuakui bahwa: hidupku berantakan, jodoh tak kunjung datang, pekerjaan yang belum juga mapan, dan sederet harapan demi harapan lainnya. Bagaimana lagi harus kujalani ketika hidup terus didera kekalahan dan kelelahan. Pekerjaan yang terus menyita pikiran dan perasaan. Mau tak mau pekerjaan kini harus dijalani meski tak sepenuh hati. Ingin melakukan sebuah perubahan, tapi tak tahu bagaimana caranya.

Ingin aku enjoy menjalani kesibukan, tapi impian terus bergelayut di pikiran. Tentang ambisi yang tersisa setelah perjuangan penuh kegamangan masih ingin dilanjutkan. Tetaplah tak akan surut langkah menjalani upaya segala daya untuk terwujudnya cita-cita.

Kenapa pekerjaan sekarang tak membikin enak pikiran. Kenapa setiap selepas pulang terus didera kelelahan. Selalu cepat ngantuk sehingga tak cukup waktu untuk melakukan upaya perbaikan. Dengan berpikir tentang masa depan sesuai harapan.

Kenapa juga pikiranku ini begini-begini saja. Kenapa perasaan ini-ini saja. Kenapa tak rela dengan semua ini. Bukankah ini pun masalah setiap orang. Tapi orang lain bisa dengan rela, ikhlas menjalani semuanya. Mereka tak mau jadi kuli bangunan, atau perampok sebagai hamba uang. Mereka ingin pekerjaan terhormat dan mapan. Setidak-tidaknya jadi lurah atau presiden dimana jabatannya dianggit-anggit punggawa dan rakyat.

Mauku yang setidak-tidaknya segera kudapatkan pekerjaan yang Sabtu-Minggu full libur. Jam kerjanya dari jam 08.00—lebih bagus jam 09.00—dan berakhir jam 04.00 sore. Selebihnya waktu untuk istirahat dan menjalani kerja pribadi. Kapan satu harapan ini terwujudkan???

Aku melakukan sesuatu yang menurut pikiranku sebagai upaya terbaik untuk meningkatkan kualitas diri. Tidak seperti sekarang, karena pulang dari tempat pekerjaan setiap harinya selalu malam, karena jam kerjanya 09.00—21.00, ini sangat menyita waktu tapi penghasilan dibawah standar.

Katakan saja ini aku sedang mengeluh. Kalau tidak kumuntahkan disini, akan bisa kutahan sampai kapan. Ada dimana batas kesabaran jebol sehingga merontokkan harapan dan menimulkan kekufuran. Semoga dengan berkata begini, keluhku didengarkan Tuhan dan memberikan jalan padaku. Allah yang maha mebolak-balikan hati makhluk-Nya. Apa aku tidak diakui sebagai hamba-Nya, kasihan sekali aku sudah tak diakui oleh dunia, juga tak direstui sebagai hamba-Nya.

Dalam kuasa-Nya aku terlingkupi harapan yang begitu besar dan tak berkesudahan. Kenapa pikiranku macam begini, akupun tidak tahu. Kenapa ambisi begitu panjang dijalani. Tidakkah lebih baik menjalani saja apa-adanya. Ini mauku sebenarnya, tapi dari kedalaman hati membuncah-buncah gejolak jiwa. Dalam kuasa-Nya aku dapat ikhlas menjalani semua ini.
Tags:

Related Posts

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar