Kerinduan Kepada Adzan Subuh
06 November 2012
Sekarang aku mulai berpikir aku mau menulis apa.
Aku tak ingin bicara tentang keinginan dan harapan. Karena aku bosan menuliskannya disini. Sekarang kutuliskan apa-apa yang kualami sejak pagi tadi saja. Mulai dari bangun yang seperti biasa salat shubuh kesiangan, tertidur lagi karena mendengarkan musik digitalprayers, dan ketika harus bangun lagi serasa tak kuasa membuka mata. Salat shubuh telah terbiasa dilakukan menjelang akhir fajar.
Bagaimana bisa bangun lebih awal, jika malamnya selalu tidur larut. Bagaimana tidak bisa larut, sepulang kerja saat malam ingin aku berkreasi dan memaknai. Sudah sangat beruntung bila dapat bangun ketika shubuh. Dapat dihitung di akhir-akhir ini berapa kali aku mendengar adzan shubuh. Bukan bangun ketika masuk shubuh, mendengar adzannya saja sekarang sudah menjadi hal istimewa bagi hidupku.
Bukan hanya berdasarkan kacamata fiqh, dalam cerminan lainpun hidupku telah mengalami dekadensi. Aku sudah tak berdaya apa yang mesti kulakukan untuk sebuah perubahan. Aku menangis kenapa hidupku begini. Ingin ada satu upaya untuk merubah segalanya. Lantas bagaimana aku memulainya.
Intinya hidupku selalu kesepian. Sering tiba-tiba saja kenapa kesepian menyelinap masuk menjadi muatan kalbuku. Kenapa begitu khawatir dengan kesepiannya itu. Aku memiliki kesepiannya sendiri. Baru beberapa kata, kantuk sudah menyerang menendang. Tidak tahu apa karena efek dari mendengarkan digitalprayers atau memang badanku sudah lelah. Mataku sudah dikuasai kantuk. Bila dipaksa diteruskan eja mengeja kata mampukah aku bertahan?
Aku tak ingin bicara tentang keinginan dan harapan. Karena aku bosan menuliskannya disini. Sekarang kutuliskan apa-apa yang kualami sejak pagi tadi saja. Mulai dari bangun yang seperti biasa salat shubuh kesiangan, tertidur lagi karena mendengarkan musik digitalprayers, dan ketika harus bangun lagi serasa tak kuasa membuka mata. Salat shubuh telah terbiasa dilakukan menjelang akhir fajar.
Bagaimana bisa bangun lebih awal, jika malamnya selalu tidur larut. Bagaimana tidak bisa larut, sepulang kerja saat malam ingin aku berkreasi dan memaknai. Sudah sangat beruntung bila dapat bangun ketika shubuh. Dapat dihitung di akhir-akhir ini berapa kali aku mendengar adzan shubuh. Bukan bangun ketika masuk shubuh, mendengar adzannya saja sekarang sudah menjadi hal istimewa bagi hidupku.
Bukan hanya berdasarkan kacamata fiqh, dalam cerminan lainpun hidupku telah mengalami dekadensi. Aku sudah tak berdaya apa yang mesti kulakukan untuk sebuah perubahan. Aku menangis kenapa hidupku begini. Ingin ada satu upaya untuk merubah segalanya. Lantas bagaimana aku memulainya.
Intinya hidupku selalu kesepian. Sering tiba-tiba saja kenapa kesepian menyelinap masuk menjadi muatan kalbuku. Kenapa begitu khawatir dengan kesepiannya itu. Aku memiliki kesepiannya sendiri. Baru beberapa kata, kantuk sudah menyerang menendang. Tidak tahu apa karena efek dari mendengarkan digitalprayers atau memang badanku sudah lelah. Mataku sudah dikuasai kantuk. Bila dipaksa diteruskan eja mengeja kata mampukah aku bertahan?