puisi kelam - Abadilah Bulan



Abadilah,bulan...
Pada puncak bukit yang berbatu...
Pada ukiran mega-mega memerah kelabu di kaki langit,
Mencipta renung dalam relung jiwa terenjana,
Menghanyut hati dalam kiasannya mencari...yach...mencari,
Mencoba berbagi dan menemukan cinta bahagia di kehidupan.

Tetapi...
Hendak jangan muram durja dan memacu jiwa dalam gelap,
Namun tuntun diri menungganginya,
Mencoba menemukan hikmah dan indah di dalamnya,
Jalani saja semuanya,apa adanya.

Mengalirlah...
Mengalirlah dalam hari-harimu dengan senyum bahagia,
Mengalirlah bersama hatimu menghadapi segala dera,
Tanpa sesal dan tanpa mengenal serah,
karena itulah nilai hidup.

Kepahitan tetap akan ada...
Sampai kapanpun itu tak akan pergi,
Secerdik apa bersembunyi dan menembus bumi,
Dunia ini tetap akan menghantarkanmu ke sana...ya...ke sana...
Kedalam dualisme sifat dunia,suka atau duka.

Abadilah,bulan...
Meski kelam menemaramkan diri dan cahya mu,
Meski berbagai Renjana mengurungmu,melukaimu.
Tetaplah engkau adalah bulan disana...
Yang tak akan berubah hanya karna cela dan prasangka,
Engkau bulan bukan hanya berada di tengah malam,
Yang cuma berakhir tatkala malam terganti pagi.

Engkau lah bulan...
Bukan buatan manusia,bukan benda dan bukan semata rekayasa.
Tapi engkau adalah bulan yang akan tetap hidup,
Dalam jiwa,dalam hati,dalam kenangan,
Dan dalam segenap hati yang menemukan damai di sunyi indahmu..

**
Tags:

Related Posts

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar